Viewers

Saturday, January 2, 2016

Secret Admirer




PROLOG

“Aw!”
Teriakan tersebut memecahkan keheningan suasana kelas baruku. Maklum, karena kami murid baru disini, dan belum terlalu mengenal satu sama lain. Teriakan tersebut datang dari sudut kelas ku, seorang gadis lugu bernama Natasya yang selalu dijahili Jeremy dengan menjepretnya menggunakan karet.
Setelah menjalani Masa Orientasi Siswa (MOS), aku merasa lega terlepas dari aturan-aturan aneh yang merepotkan dari senior kami.


CHAPTER 1:  Fathar Putra Soedirman


“Gue Fathar, lo siapa?”
Seseorang membuyarkan lamunanku sambil menjulurkan tangannya ke arahku. Sok kenal, ew. “Gue Citrus Aurantifolia Putri, biasa dipanggil Aura” Jawabku tanpa perlu membalas uluran tangannya. “Dih, gue gak nanya nama panjang lo, pede banget lo.” Lah?
“Yaudah sih, lo duluan yang ngajak kenalan, sok-sok kenal sama gue, malah lo yang nyolot.” Sepercik api mulai menyala di ubun-ubun membakar kesabaranku. “Whoa! Slow down. Gue cuma becanda kok. BTW, nama lo bagus juga ya, Citrus Aurantifolia Putri, cewek jeruk nipis! Haha! Right?” Astaga. Pria ini sungguh menjengkelkan. Api kemarahanku semakin berkobar, panas, membakar habis isi kepalaku. Dari mana dia bias tau arti nama ku? Ah, aku sangat membenci arti nama itu. “Dasar sok tau! Gak usah basa-basi deh! Gak penting! Pergi jauh-jauh deh!” Tanpa menunggu balasan dari Fadhel- eh Fathur, ah entahlah siapa namanya, gak penting, aku berjalan melalui kerumunan orang  yang sedang menunggu pengumuman kelas mereka, menjauhi Fathur.
“WOY JERUK NIPIS! MAU KEMANA LO!” Shit!
Api yang tadinya mulai padam kini berubah menjadi kobaran api yang menari-nari mengelilingi kepalaku hingga menimbulkan ledakan hebat seperti bom Hiroshima Nagasaki. Aku kembali menghampirinya, mengusir orang-orang disekeliling yang mengganggu jalanku. Kudapatkan pria itu, tanpa mengulur-ulur waktu, aku memberinya sebuah tattoo cap 5 jari berwarna merah membentuk telapak tangan ku.
“Enak?” Aku melihat wajahnya yang menyedihkan itu sambal melipat kedua tangan di dada, menyeringai puas seperti ketua geng yang baru saja menghabisi musuhnya.
“Eh iya, udah, sorry ya, gue cuma bercanda.”
“Bercanda lo lucu!” Tatapku sinis
“Ketawa lah kalo lucu, susah banget”
“Mau gue tambahin tuh tattoo di pipi lo yang satu lagi?”
“EEHH iya, nggak, hee..”
PLAKK!!! Tinggallah di kedua pipinya dengan corak yang sama.
***
“Eh jeruk nipis, nyontek dong” Dasar sok pintar.
Sekarang aku sudah terbiasa dengan panggilan “Jeruk Nipis”, awalnya aku selalu memukulnya apabila ia menyebutkan panggilan itu, tapi aku sudah terlalu malas mengangkat tanganku untuk memukulnya, buang-buang tenaga.
Aku dan dia, Fathar, cowok yang paling menjengkelkan yang pernah aku kenal sekarang menjadi teman dekatku, tidak, bukan sahabat, menggelikan apabila mengingat bahwa orang yang dulu aku benci sekarang menjadi sahabatku, jadi cukup ‘teman dekat’.

Kami masuk kejuruan yang sama yaitu; akuntansi. Fathar merupaakan sesosok makhluk Tuhan paling seksi, eh makhluk Tuhan paling menggelikan yang hari-harinya hanya membaca komik dan belajar. Pantaslah dia memakai kaca mata bulat seperti Harry Potter, bedanya Harry Potter jauh lebih tampan darinya. Sedangkan Fathar? Tidaklah jauh berbeda dari para kutu buku yang memakai kaca mata tebal.
Ku akui, ia memang pintar, sangat pintar- sok pintar. Ia dekat dengan guru-guru. Dia sangat terampil dalam mengambil hati guru-guru, lebih tepatnya ‘Tukang Caper’.
Ku rasa aku mulai gumoh membicarakannya. Walaupun aku terkesan membencinya, tapi aku dan dia selalu ada saat saling membutuhkan.
Ponsel ku berdering menampilkan nama Fathar, ngapain ini anak tumben sms.
‘Ra, temenin gue jalan yuk, gue tunggu lo di tempat biasa, satu jam lagi, gak mau tau. Bye, see you’
Ah, gak perlu aku membalasnya, ngabis-ngabisin pulsa.
***
“Gue putus sama Raima” aku tersentak kaget dengan ucapannya.
“WHAT THE F-?! Gak percaya gue, lo kan tukang bohong” wajahnya terlihat sedih, lemah, letih, lelah, lesu, lunglai (?). Tapi raut wajahnya tidak menampakkan bahwa dia sedang bercanda, oke ini serius.
“Serius gue Ra, lo gak liat muka gue?” Aku melihat dari ekor matanya, ada setitik rasa sedih, kecewa, dan tampak benjolan kecil di kantung matanya, pasti abis nangis, dasar cengeng!
“Lo yang mutusin atau si Raima?”
“Dia Ra, dia bilang katanya kita udah gak cocok lagi, dan gue denger-denger dari temen-temennya kalo dia mau pindah keluar kota.”Matanya yang belo mulai berkaca-kaca.
“Ah, lebay lo! Cowok kok nangisin cewek, gak kebalik tuh” Aku tidak suka kelakuannya yang seperti bocah 5 tahun yang baru saja kehilangan mainan kesayangannya.
“Lo jahat banget sih Ra, lo seneng liat gue sedih?”
“Jelas gue ikutan sedih Fathar, tapi gue gak suka ngeliat lo nangis kayak bayi gitu, helloow, gue akuin dia emang cantik, pinter, tapi ya ikhlas lah Thar, lagian belom tentu lo jodoh sama dia. Masih banyak yang lebih dari Raima. Contoh, Josephine, Tiffany, Jessica, dan kawan-kawan, kalo lo sa-“
“Apa Ra apa!” Ia memotong kata-kata ku, mungkin dia marah, karena aku terus membanding-bandingkan Raima dengan cewek-cewek yang memang lebih cantik dari Raima.
“Kok diem? Tadi ceramah? Ra, gue akuin mereka emang cantik, tapi mereka mana mau Ra nerima cowok kayak gue, gak gaul, kampungan, gaulnya sama komik. Dan gue gak peduli berapa banyaknya cewek cantik di sekolah, gue tetep sayangnya sama Raima.”
“Oke.” Aku tidak bisa membalasnya, dia akan berubah menjadi monster Inc ketika ia marah. “Lo yang traktir kan Thar? hehe..”
“Lo jeruk nipis paling asem yang pernah gue temuin Ra”.

No comments:

Post a Comment