Sinar mentari pagi menusuk hingga ke tulang-tulangku, sangat menyengat hingga aku terbangun dari tidur nyenyakku. Astaga, sudah jam 10! Oh ya, tapi kan hari ini hari sabtu.
Tercium aroma terasi dari arah dapur…sepertinya aku mengenali wangi ini, sambal terasi kesukaanku. Ibu pasti masak sayur asem pakai tempe goreng dan sambal terasi. Aku menghampiri ibu yang sedang menyiapkan makanan.
“Need some help mom?” tanyaku
“Artinya apa tuh?” Jawab ibu pura-pura tidak tau.
“Yah ilah si emak, pura-pura gak tau. Mau di bantuin gak mak?”
“Gak usah, telat, tuh dari tadi adik kamu yang bantuin ibu masak, gimana sih, masa kalah sama anak kecil” oke aku tau, ini hanya untuk membuat adikku, Joe, senang. Baiklah.
“Uhh..iya deh Joe adik yang paling cantik, rajin pula” Kataku sambal mencubit pipinya yang kenyal.
“Iya dong.. gimana sih kakak bangunnya siang banget” Katanya lembut dengan suara khas anak kecil berumur 7 tahun.
***
“Fathar, temenin gue jalan yuk, lo gak ada acara kan? Kalo bisa jangan terlalu sore”
From: Jeruk Nipis.
Sambil menunggu balasan dari Fathar, aku menonton serial TV anak-anak favoritku: Jalan Sesama (Sesame Street). Karena menurutku acara seperti ini lebih mendidik di banding sinetron-sinetron percintaan yang merusak generasi penerus bangsa karena mengajarkan pacar-pacaran bahkan perkelahian yang tidak selayaknya di pertontonkan bagi anak-anak bocah.
Tok..tok..tok..
Jeruk nipis, gue diluar nih
Saat aku membuka pintu, aku langsung dihadapkan dengan kaca mata bulat milik Fathar. Ini anak gila kali ya, belom ada setengah jam udah rapih. Tanpa banyak basa-basi aku menyuruhnya pergi dari kamarku dan aku segera mandi dan berpakaian tanpa perlu berdandan.
Kami pergi ke café Starbucks, aku memesan 2 greentea, satu untukku dan satu untuk Fathar.
“Jadi ada acara apa lo ngajak gue kemari? Cuma mau traktir gue greentea? Ya elah gue bisa kali beli sendiri.”
“gue mau cerita” jawabku ketus
“Cerita apaan?” Jawabnya acuh.
“Gue suka sama Jeremy.” Aku memasang muka datar.
“WHAT THE HELL??” Matanya melototiku. Biasa aja kali, alay.
“Shit! Gak usah teriak-teriakan curut, norak lo, jadi pada ngeliat kesini kan”
“Ya sorry-sorry, tapi gue kaget, lo suka sama The Most Wanted di sekolah kita? Hell-ooo, jangan ketinggian lo, ntar kalo jatoh sakit”
“Ya, gue udah tau itu Cuma mimpi bagi gue buat milikin Jeremy, tapi ya yang namanya orang suka Thar, mau diapain? Emang sih Jeremy itu Playboy, tapi—ah! Bodo. Pasti banyak resiko yang bakal gue dapet kalo ada yang tau gue suka sama Jeremy. Gue bisa di bully abis-abisan sama gengnya Kenya Willona, DAN Jeremy kan juga deketnya sama Kenya. Apalagi Kenya juga Most Wanted di sekolah.. huft”
“Nah, tuh lo tau, masih aja ngarep” Jawabnya enteng sambil menyeruput greentea yang masih dingin.
“Eh, lo kalo gak niat dengerin gue mending lo pulang sekarang juga, empet gue sama lo Thar. Eek lo!”
“Yaudah, bye Aura, thank u ya greentea nya, enak lho.. hati-hati ya” Ia bangkit dari kursinya dengan wajah abstraknya.
“Jahat banget sih lo Thar!”
“Yah elah Ra, baper lo. Gak ada salahnya kali lo mau suka sama siapa aja, manusiawi.”
“Yaudah gue to the point aja. Gue mau ngajak lo ke toko bunga, bantuin gue milih bunga yang bagus buat gue kasih ke Jeremy.”
"Oh haha..secret admirer nih jadi nya? cie"
"Yaudah ayok gece ntar keburu sore"
Melangkahkan kakiku keluar dari cafe ini, aku memakai helm dan menaiki motor Fathar. Ia memang seorang yang patuh dengan aturan.
Sesampainya di toko bunga, aku langsung tertarik dengan setangkai mawar merah yang sangat indah ini.
Fathar hanya membuntutiku dan tidak banyak bicara karena aku tau dia memang tidak suka, katanya membosankan. Apa peduli gue?
Berhubung di sebelah toko bunga ini ada toko kado, aku mampir kesana untuk membeli box kado. Aku memilih warna hitam bercampur biru karena terlihat elegan, tak lupa aku menyisipkan secarik kartu bertuliskan:
"From ur secret admirer. I hope u like it."
Setelah selesai dari toko kado, aku meminta Fathar untuk mengantarku ke kantor pos sebentar. Aku berpesan kepada tukang pos untuk tidak mencantumkan namaku/apapun denganku di paket itu.
Di sepanjang perjalanan pulang, aku hanya mendengarkan Fathar ngomel-ngomel karena aku terlalu lama.
Setelah sampai di rumah, aku langsung membersihkan diri dan berganti pakaian. Saat aku meletakkan kepalaku di bantal, aku merasakan ada sesuatu yang mengganjalnya.
"What? Kado? Dari siapa? Perasaan gue gak ulang tahun"
Aku merobek-robek kertas kado bergambar Baymax itu. 'Dari Jeremy mungkin gak ya? Oh my G, impossible' Menampar diriku ke bawah, aku membuyarkan khayalan yang gak mungkin terjadi.
Spontan mulutku terbuka membentuk huruf O, bagaimana tidak, seseorang mengirimku mawar merah persis seperti yang aku beli tadi. 'Fathar? gak mungkin, I know him so well. Dia aja belom bisa move on dari Raima, lagi pula tadi kan dia buntutin gue' batinku.
Mataku langsung fokus kepada kertas berwarna pink yang menggantung di tangkai bunga, bertuliskan:
"From ur secret admirer. I love all your weakness. I hope u'll understand.
Love: J"
No comments:
Post a Comment