Viewers

Saturday, January 9, 2016

Secret Admirer [Bab 3: Mr. J]

OH MY G, J? WHO IS HE?

Temanku yang inisialnya J itu cuma Jeremy, Jason, Jonathan, Jeff, sama Jimmy, dan mereka pun cuma temen satu angkatan. Satu-satunya yang deket sama aku ya cuma Jeremy, tapi kan dia deketnya sama Kenya. Tapi..gak ada salahnya kan kalo aku berharap bunga ini dari Jeremy?
Emang sih akhir-akhir ini Jeremy sering ngasih kabar, tapi..Aku gak mau baper, siapa tau dia cuma iseng atau mau bikin PHP aja.

***

Jeremy Johnson: Pagi cantik

Aura Putri: Pagi Jeremy, ada apa pagi-pagi?

Jeremy johnson: Gak ada apa-apa. Emangnya gak boleh nge-line kamu?

Aura Putri: Boleh kok..

Jeremy Johnson: Kamu ada acara gak hari ini?

Aura Putri: Gak ada, kenapa?

Jeremy Johnson: Kita makan yuk, aku pengen jalan sama kamu.

Aura Putri: Tapi aku gak punya uang.

Jeremy Johnson: Nanti aku yang bayar, tenang aja.

Aura Putri: Serius?

Jeremy Johnson: Iya serius. Yaudah sekarang kamu dandan yang cantik ya, nanti aku jemput di rumah kamu. Bye.

Aura Putri: Bye..

What the F?? SERIUS?? JEREMY NGAJAK JALAN?? YA AMPUNNN SENENG BINGGOOOOOWWW, AH NGEFLY.

Aku bersiap-siap secantik mungkin tanpa perlu berdandan terlalu menor karena aku tidak cocok berdandan.
Tidak sampai 1 jam, Jeremy sudah sampai di rumah, Ia berpamitan dengan orang tuaku lalu kami pergi menuju Mall yang mewah.

"Kamu mau makan apa Ra?" tanya nya lembut.

"Emm bebas deh"

"Nanti kalo aku yang pilihin takutnya kamu gak suka"

"Kalo gitu aku mau nasi goreng cumi aja deh"

"Minumnya?"

"Milkshake coklat"

"Oke"

Sambil menunggu pesanan datang, aku dan Jeremy saling berusaha mencari topik pembicaraan. Maklum, ini kali pertama kami nge-date berdua, sebelumnya sih emang gak pernah.
Aku hanya bisa tertawa garing ketika jeremy memberikan lelucon-lelucon ringan, aku menghargai itu.

"Kalo di liat-liat kamu cantik juga ya Ra" Pandangannya berubah.

"Ah biasa aja" pipiku memanas.

"Ih serius tau, apalagi kalo kamu lagi blushing kayak gitu, cantiknya makin nambah"

"Haha..bisa aja. Tuh makanannya udah dateng" Aku sangat canggung, bukannya ke geeran, tapi karena pada saat ini aku di hadapkan dengan Christopher Jeremy Johnson, cowok Most Wanted di sekolah.

"Mukanya tegang banget, selow aja kali neng"

What?

"Ah, nggak kok, aku biasa aja. Oh ya, aku mau nanya, boleh?"

"Wani piro?"

"Oh gitu, okey" Aku menarik sudut bibir ku ke bawah.

"Ahaha boleh kok, nanya apa?" Mata biru nya yang indah kini terlihat jelas, gantengnya.. eh?

"Kenapa kamu gak pacaran sama Kenya?" Aku penasaran dengan hubungan Jeremy dan Kenya.

"Aku tau, Kenya emang cantik, tapi.." wajahnya tertunduk

"Tapi apa?" Aku melihatnya lebih dalam tepat di belakang retinanya.

"Jujur, semenjak kita sering presentasi bareng, kalo aku liat senyum kamu kayak nya 'wow' gitu" Kini pandangannya sangat tulus seperti anak kecil yang tidak berdosa.

Wait, what? 'wow'?

"Maksud kamu apa?" aku mengerutkan dahiku.

"Ah, nggak kok, bukan apa-apa. Oh ya, aku mau ceritan nih. Semalem aku dapet paket..."

DEG..

"....pas aku buka, isinya mawar merah, baguuss banget"

a little bit happiness in my life.

"Oh ya? Dari siapa?" Aku memasang tapapan itu-dari-gue!

"Tulisannya sih from secret admirer"

"Wahhh...so sweet, tapi ya wajar aja sih, orang kayak kamu fans nya banyak. Hmm.." Mataku memandang sekitar.

"Ada apa Aura?" Telapak tangannya yang halus menyentuh punggung tanganku.

"Aku juga kemarin dapet kiriman bunga mawar, sendernya nulis 'Love: J', apa itu kamu?" Adrenalinku mengalir deras hingga rasanya jantungku mau copot.

"Mawar merah?" Dahinya mengkerut.

"Forget it" Aku melanjutkan makanku tanpa ingin melanjutkan perbincangan tadi.

Usai makan, Jeremy mengajakku berbelanja sebentar. Ia membelikanku 1 casual dress dan 1 wedges. Aku berterima kasih.
Tidak sampai adzan magrib aku sudah sampai di rumah. Ibu hanya tersenyum melihat aku yang kini tengah dekat dengan cowok yang super ganteng.

'Apa dia suka sama gue? Ah masa sih, masih banyak yang lebih cantik dari gue' Kataku sambil menatap cerminan diri ku. Oh please. Buluk banget.

Bunga mawar!

Aku lupa menaruhnya dimana, ya ampun, teledor banget. Sejurus kemudian pandanganku tertuju pada box berwarna pink. Aku rasa ini box kado yang kemarin. Damn. Ternyata disini, buang-buang tenaga. Aku memasukan ujung tangkai bunga mawar ini ke dalam vas bunga kecil yang sebelumnya tidak pernah di pakai.

***

"The Most Wanted sekolah kita, Jeremy Johnson kini tengah dekat dengan teman sekelasnya sendiri; Citrus Aurantifolia Putri."

Apa-apaan nih? Siapa yang berani pasang gosip murahan kayak gini?

Aku merobek kertas tersebut dari mading sekolah, kurang ajar. Tapi aku rasa satu sekolah udah baca gosip basi beginian. Pasti orang ini sirik sama aku.

Berjalan di koridor, aku melihat fans-fans Jeremy sedang memelototi ku layaknya buronan yang baru keluar dari penjara. Pertanyaan-pertanyaan itu mulai memenuhi otakku.

"Kapan lo jadian sama Jeremy?"

"Kok bisa Jeremy suka sama lo? Padahal kan selama ini Kenya yang deket sama Jeremy?"

"Eh! Inget ya, lo anak baru di sini tapi udah berani macem-macem!"

Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku saat semua fans Jeremy, bahkan kakak kelas yang fans nya Jeremy pun melabrakku. Fathar...lo dimana?

"Aura!"

Yang dipanggil menoleh.

"Fatharrrr, gue mau cerita sama lo" Rengekku manja.

"Yaudah cepet, mumpung sepi"

"Sorry ya gue gak cerita sama lo kemaren kalo gue jalan sama Jeremy.. Kemaren pagi-pagi banget dia nge-line gue Thar, dia ngajak gue jalan, belanja juga, trs abis itu gue gak kontakan sama dia lagi, eh pas tadi pagi gue baru aja masuk gerbang, ada berita baru di mading, tau nya ada gosip gue sama Jeremy Thar...bener kan kata gue, aduhh gue ngeri sama Kenya nih Thar, gue harus gimanaaa? Help meee"

"Tenang aja, selagi lo masih sama gue aman. Lagian kenapa lo mau aja jalan sama Jeremy? udah tau dia banyak mata-mata"

"Gue kan gak tau Thar...Kalo tiba-tiba Kenya dateng beserta dayang-dayang nya gimana Thar?"

"Ya lo calm down aja, jangan panik, santai, ok"

Fathar menarik tubuhku menuju kelas. Sekarang pelajaran Pak Eddy, guru bahasa Perancis. Aku tidak terlalu paham dengan bahasa Perancis, tapi Fathar selalu menikmati tiap detik pelajaran pak Eddy.

"Ra, gue pindah sebentar ya, Jeremy mau ngomong sama lo"

Tepat satu setengah meter di depanku, Jeremy, so cool... eh? Ia menduduki bangku yang biasa di duduki Fathar.

"Ra, lo gak marah kan soal berita di mading? Jangan salah paham ya Ra, please, itu bukan akal-akalan gue, ini pasti dari orang-orang yang sirik sama lo kalo lo deket sama gue Ra.."

lo? gue?

"Ya, gue maafin kok. Yaudah gue mau belajar sama Fathar, tolong pergi dan gue mau Fathar yang duduk di sini, sorry" Jawabku membuang muka.

"Oke Ra kalo itu buat lo tulus maafin gue" Ia bangkit dari bangku Fathar. Aku tidak benar marah padanya, aku hanya ingin tau apa respon Jeremy kalo gue marah sama dia.

Tepat pukul 15.40 bel berbunyi menandakan sudah waktunya pulang. Seperti biasa Fathar selalu mengantarku pulang menggunakan motor vespa kesayangannya. Dasar cowok antik.

***

Aku men-check semua perlatan sekolah yang aku bawa besok pagi. Tetapi.. apa ini? Aku mengambil minibox berwarna pink gelap sama seperti minibox yang waktu itu aku dapat. Aku membuka tutup minibox itu dan... DEG... Mawar merah lagi.

Aku membaca kertas yang menggantung  di bawah tangkai bunga ini, lagi:

"I'm sorry my princess, don't be sad. I will always with you.

Love: J"

Secret Admirer [Bab 2: Christopher Jeremy Johnson]

Sinar mentari pagi menusuk hingga ke tulang-tulangku, sangat menyengat hingga aku terbangun dari tidur nyenyakku. Astaga, sudah jam 10! Oh ya, tapi kan hari ini hari sabtu.
Tercium aroma terasi dari arah dapur…sepertinya aku mengenali wangi ini, sambal terasi kesukaanku. Ibu pasti masak sayur asem pakai tempe goreng dan sambal terasi. Aku menghampiri ibu yang sedang menyiapkan makanan.

“Need some help mom?” tanyaku

“Artinya apa tuh?” Jawab ibu pura-pura tidak tau.

“Yah ilah si emak, pura-pura gak tau. Mau di bantuin gak mak?”

“Gak usah, telat, tuh dari tadi adik kamu yang bantuin ibu masak, gimana sih, masa kalah sama anak kecil” oke aku tau,  ini hanya untuk membuat adikku, Joe, senang. Baiklah.

“Uhh..iya deh Joe adik yang paling cantik, rajin pula” Kataku sambal mencubit pipinya yang kenyal.

“Iya dong.. gimana sih kakak bangunnya siang banget” Katanya lembut dengan suara khas anak kecil berumur 7 tahun.

***

“Fathar, temenin gue jalan yuk, lo gak ada acara kan? Kalo bisa jangan terlalu sore”
From: Jeruk Nipis.

Sambil menunggu balasan dari Fathar, aku menonton serial TV anak-anak favoritku: Jalan Sesama (Sesame Street). Karena menurutku acara seperti ini lebih mendidik di banding sinetron-sinetron percintaan yang merusak generasi penerus bangsa karena mengajarkan pacar-pacaran bahkan perkelahian yang tidak selayaknya di pertontonkan bagi anak-anak bocah.

Tok..tok..tok..
Jeruk nipis, gue diluar nih

Saat aku membuka pintu, aku langsung dihadapkan dengan kaca mata bulat milik Fathar. Ini anak gila kali ya, belom ada setengah jam udah rapih. Tanpa banyak basa-basi aku menyuruhnya pergi dari kamarku dan aku segera mandi dan berpakaian tanpa perlu berdandan.

Kami pergi ke café Starbucks, aku memesan 2 greentea, satu untukku dan satu untuk Fathar.

“Jadi ada acara apa lo ngajak gue kemari? Cuma mau traktir gue greentea? Ya elah gue bisa kali beli sendiri.”

“gue mau cerita” jawabku ketus

“Cerita apaan?” Jawabnya acuh.

“Gue suka sama Jeremy.” Aku memasang muka datar.

“WHAT THE HELL??” Matanya melototiku. Biasa aja kali, alay.

“Shit! Gak usah teriak-teriakan curut, norak lo, jadi pada ngeliat kesini kan”

“Ya sorry-sorry, tapi gue kaget, lo suka sama The Most Wanted di sekolah kita? Hell-ooo, jangan ketinggian lo, ntar kalo jatoh sakit”

“Ya, gue udah tau itu Cuma mimpi bagi gue buat milikin Jeremy,  tapi ya yang namanya orang suka Thar, mau diapain? Emang sih Jeremy itu Playboy, tapi—ah! Bodo. Pasti banyak resiko yang bakal gue dapet kalo ada yang tau gue suka sama Jeremy. Gue bisa di bully abis-abisan sama gengnya Kenya Willona, DAN Jeremy kan juga deketnya sama Kenya. Apalagi Kenya juga Most Wanted di sekolah.. huft”

“Nah, tuh lo tau, masih aja ngarep” Jawabnya enteng sambil menyeruput greentea yang masih dingin.

“Eh, lo kalo gak niat dengerin gue mending lo pulang sekarang juga, empet gue sama lo Thar. Eek lo!”

“Yaudah, bye Aura, thank u ya greentea nya, enak lho.. hati-hati ya” Ia bangkit dari kursinya dengan wajah abstraknya.

“Jahat banget sih lo Thar!”

“Yah elah Ra, baper lo. Gak ada salahnya kali lo mau suka sama siapa aja, manusiawi.”

“Yaudah gue to the point aja. Gue mau ngajak lo ke toko bunga, bantuin gue milih bunga yang bagus buat gue kasih ke Jeremy.”

"Oh haha..secret admirer nih jadi nya? cie"

"Yaudah ayok gece ntar keburu sore"

Melangkahkan kakiku keluar dari cafe ini, aku memakai helm dan menaiki motor Fathar. Ia memang seorang yang patuh dengan aturan.
Sesampainya di toko bunga, aku langsung tertarik dengan setangkai mawar merah yang sangat indah ini.

Fathar hanya membuntutiku dan tidak banyak bicara karena aku tau dia memang tidak suka, katanya membosankan. Apa peduli gue?
Berhubung di sebelah toko bunga ini ada toko kado, aku mampir kesana untuk membeli box kado. Aku memilih warna hitam bercampur biru karena terlihat elegan, tak lupa aku menyisipkan secarik kartu bertuliskan:

"From ur secret admirer. I hope u like it."

Setelah selesai dari toko kado, aku meminta Fathar untuk mengantarku ke kantor pos sebentar. Aku berpesan kepada tukang pos untuk tidak mencantumkan namaku/apapun denganku di paket itu.
Di sepanjang perjalanan pulang, aku hanya mendengarkan Fathar ngomel-ngomel karena aku terlalu lama.

Setelah sampai di rumah, aku langsung membersihkan diri dan berganti pakaian. Saat aku meletakkan kepalaku di bantal, aku merasakan ada sesuatu yang mengganjalnya.

"What? Kado? Dari siapa? Perasaan gue gak ulang tahun"

Aku merobek-robek kertas kado bergambar Baymax itu. 'Dari Jeremy mungkin gak ya? Oh my G, impossible' Menampar diriku ke bawah, aku membuyarkan khayalan yang gak mungkin terjadi.
Spontan mulutku terbuka membentuk huruf O, bagaimana tidak, seseorang mengirimku mawar merah persis seperti yang aku beli tadi. 'Fathar? gak mungkin, I know him so well. Dia aja belom bisa move on dari Raima, lagi pula tadi kan dia buntutin gue' batinku.
Mataku langsung fokus kepada kertas berwarna pink yang menggantung di tangkai bunga, bertuliskan:

"From ur secret admirer. I love all your weakness. I hope u'll understand.

Love: J"

Saturday, January 2, 2016

Secret Admirer




PROLOG

“Aw!”
Teriakan tersebut memecahkan keheningan suasana kelas baruku. Maklum, karena kami murid baru disini, dan belum terlalu mengenal satu sama lain. Teriakan tersebut datang dari sudut kelas ku, seorang gadis lugu bernama Natasya yang selalu dijahili Jeremy dengan menjepretnya menggunakan karet.
Setelah menjalani Masa Orientasi Siswa (MOS), aku merasa lega terlepas dari aturan-aturan aneh yang merepotkan dari senior kami.


CHAPTER 1:  Fathar Putra Soedirman


“Gue Fathar, lo siapa?”
Seseorang membuyarkan lamunanku sambil menjulurkan tangannya ke arahku. Sok kenal, ew. “Gue Citrus Aurantifolia Putri, biasa dipanggil Aura” Jawabku tanpa perlu membalas uluran tangannya. “Dih, gue gak nanya nama panjang lo, pede banget lo.” Lah?
“Yaudah sih, lo duluan yang ngajak kenalan, sok-sok kenal sama gue, malah lo yang nyolot.” Sepercik api mulai menyala di ubun-ubun membakar kesabaranku. “Whoa! Slow down. Gue cuma becanda kok. BTW, nama lo bagus juga ya, Citrus Aurantifolia Putri, cewek jeruk nipis! Haha! Right?” Astaga. Pria ini sungguh menjengkelkan. Api kemarahanku semakin berkobar, panas, membakar habis isi kepalaku. Dari mana dia bias tau arti nama ku? Ah, aku sangat membenci arti nama itu. “Dasar sok tau! Gak usah basa-basi deh! Gak penting! Pergi jauh-jauh deh!” Tanpa menunggu balasan dari Fadhel- eh Fathur, ah entahlah siapa namanya, gak penting, aku berjalan melalui kerumunan orang  yang sedang menunggu pengumuman kelas mereka, menjauhi Fathur.
“WOY JERUK NIPIS! MAU KEMANA LO!” Shit!
Api yang tadinya mulai padam kini berubah menjadi kobaran api yang menari-nari mengelilingi kepalaku hingga menimbulkan ledakan hebat seperti bom Hiroshima Nagasaki. Aku kembali menghampirinya, mengusir orang-orang disekeliling yang mengganggu jalanku. Kudapatkan pria itu, tanpa mengulur-ulur waktu, aku memberinya sebuah tattoo cap 5 jari berwarna merah membentuk telapak tangan ku.
“Enak?” Aku melihat wajahnya yang menyedihkan itu sambal melipat kedua tangan di dada, menyeringai puas seperti ketua geng yang baru saja menghabisi musuhnya.
“Eh iya, udah, sorry ya, gue cuma bercanda.”
“Bercanda lo lucu!” Tatapku sinis
“Ketawa lah kalo lucu, susah banget”
“Mau gue tambahin tuh tattoo di pipi lo yang satu lagi?”
“EEHH iya, nggak, hee..”
PLAKK!!! Tinggallah di kedua pipinya dengan corak yang sama.
***
“Eh jeruk nipis, nyontek dong” Dasar sok pintar.
Sekarang aku sudah terbiasa dengan panggilan “Jeruk Nipis”, awalnya aku selalu memukulnya apabila ia menyebutkan panggilan itu, tapi aku sudah terlalu malas mengangkat tanganku untuk memukulnya, buang-buang tenaga.
Aku dan dia, Fathar, cowok yang paling menjengkelkan yang pernah aku kenal sekarang menjadi teman dekatku, tidak, bukan sahabat, menggelikan apabila mengingat bahwa orang yang dulu aku benci sekarang menjadi sahabatku, jadi cukup ‘teman dekat’.

Kami masuk kejuruan yang sama yaitu; akuntansi. Fathar merupaakan sesosok makhluk Tuhan paling seksi, eh makhluk Tuhan paling menggelikan yang hari-harinya hanya membaca komik dan belajar. Pantaslah dia memakai kaca mata bulat seperti Harry Potter, bedanya Harry Potter jauh lebih tampan darinya. Sedangkan Fathar? Tidaklah jauh berbeda dari para kutu buku yang memakai kaca mata tebal.
Ku akui, ia memang pintar, sangat pintar- sok pintar. Ia dekat dengan guru-guru. Dia sangat terampil dalam mengambil hati guru-guru, lebih tepatnya ‘Tukang Caper’.
Ku rasa aku mulai gumoh membicarakannya. Walaupun aku terkesan membencinya, tapi aku dan dia selalu ada saat saling membutuhkan.
Ponsel ku berdering menampilkan nama Fathar, ngapain ini anak tumben sms.
‘Ra, temenin gue jalan yuk, gue tunggu lo di tempat biasa, satu jam lagi, gak mau tau. Bye, see you’
Ah, gak perlu aku membalasnya, ngabis-ngabisin pulsa.
***
“Gue putus sama Raima” aku tersentak kaget dengan ucapannya.
“WHAT THE F-?! Gak percaya gue, lo kan tukang bohong” wajahnya terlihat sedih, lemah, letih, lelah, lesu, lunglai (?). Tapi raut wajahnya tidak menampakkan bahwa dia sedang bercanda, oke ini serius.
“Serius gue Ra, lo gak liat muka gue?” Aku melihat dari ekor matanya, ada setitik rasa sedih, kecewa, dan tampak benjolan kecil di kantung matanya, pasti abis nangis, dasar cengeng!
“Lo yang mutusin atau si Raima?”
“Dia Ra, dia bilang katanya kita udah gak cocok lagi, dan gue denger-denger dari temen-temennya kalo dia mau pindah keluar kota.”Matanya yang belo mulai berkaca-kaca.
“Ah, lebay lo! Cowok kok nangisin cewek, gak kebalik tuh” Aku tidak suka kelakuannya yang seperti bocah 5 tahun yang baru saja kehilangan mainan kesayangannya.
“Lo jahat banget sih Ra, lo seneng liat gue sedih?”
“Jelas gue ikutan sedih Fathar, tapi gue gak suka ngeliat lo nangis kayak bayi gitu, helloow, gue akuin dia emang cantik, pinter, tapi ya ikhlas lah Thar, lagian belom tentu lo jodoh sama dia. Masih banyak yang lebih dari Raima. Contoh, Josephine, Tiffany, Jessica, dan kawan-kawan, kalo lo sa-“
“Apa Ra apa!” Ia memotong kata-kata ku, mungkin dia marah, karena aku terus membanding-bandingkan Raima dengan cewek-cewek yang memang lebih cantik dari Raima.
“Kok diem? Tadi ceramah? Ra, gue akuin mereka emang cantik, tapi mereka mana mau Ra nerima cowok kayak gue, gak gaul, kampungan, gaulnya sama komik. Dan gue gak peduli berapa banyaknya cewek cantik di sekolah, gue tetep sayangnya sama Raima.”
“Oke.” Aku tidak bisa membalasnya, dia akan berubah menjadi monster Inc ketika ia marah. “Lo yang traktir kan Thar? hehe..”
“Lo jeruk nipis paling asem yang pernah gue temuin Ra”.