Viewers

Saturday, March 14, 2015

Childhood [Part 1: Ami]

Aku rasa belum ada orang yang cocok bersahabat dengan ku. Sudah berulang kali aku mendapatkan teman dekat, namun tidak pernah bertahan lama.
Aku, Ifabella, atau biasa dipanggil Ifa. Aku berumur 14 tahun duduk di bangku kelas 2 SMP.
Sewaktu aku berumur 3 tahun, aku memiliki teman, teman dekat, sahabat, atau bahkan seperti saudara, bernama Isrami atau Ami. Kami berteman sangat akrab. Kami satu sekolah, setiap aku akan berangkat sekolah ia tidak pernah tidak menyampar ku.
"Ifa...!" 
"Iya sebentar ya"
"Ayuk cepetan keburu siang"
"Iyaudah yuk jalan"
Kami selalu diantar oleh orang tua kami. melewati pasar, menyeberangi rel, adalah hal yang selalu kami lakukan saat menuju sekolah.
Jarak rumah kami pun tidak terlalu jauh, setiap hari aku tidak pernah tidak pergi main ke rumahnya. Setiap pulang sekolah, aku ganti baju, makan, lalu pergi main ke rumah nya. Selalu begitu.
Mandi bareng, makan bareng, berangkat sekolah bareng, dan masih banyak.
Saat umurku 5 setengah tahun aku akan di masukkan ke sekolah dasar oleh ibuku. Namun saat pendaftaran guru nya bilang, "maaf ya, bu, umur anaknya belum cukup, sebaiknya satu tahun lagi." Ya, karena aku lahir di bulan november, umurku kurang 4 bulan pada saat itu. Tapi selain itu, aku juga belum mau masuk sekolah dasar karena Ami masih ingin paud. Hahahaha. Memang aku dengan Ami layaknya bayangan. Kalau aku tidak ada, yaa Ami pun juga tidak ada. Akhirnya aku dan Ami mengulang sampai tahun depan.
Hari ini kebetulan aku sudah rapih lebih dahulu dan Ami juga belum menyampar ku, aku pun menyamparnya.
"Ami...!"
"Iya masuk aja dulu"
"Mi udah jam segini, cepetan"
"Iya sebentar aku bedakan dulu"
"Haduhhh, kalau aku aja udah jam segini di suruh cepet-cepet"
"Iya sebentar"
"Itu bibirnya kenapa merah? Pakai lipstick ya?"
"Nggak kok, abis minum fanta tadi"
"Alah, bohong aja"
"Itu liat aja di kulkas, masih ada fanta nya"
"Iya deh, yaudah aku ke rumah dulu, ya, ambil tas"
"Iya nanti balik lagi ya"
"Iyee"
Seorang Ami, kalau aku tinggal berangkat sekolah duluan, pasti akan ngambek dan tidak mau berangkat sekolah, walaupun dia tau aku sudah di sekolah. Sebenarnya aku tidak tega meninggalkannya, tapi aku terkadang merasa geregetan kalau dia terlalu lama-lama siap-siap.
Walaupun terkadang aku suka meninggalkannya, ia tidak pernah marah.
Setelah pulang sekolah aku main ke rumahnya. Main ayunan, aku pusing kalau terlalu kencang apalagi sambil mengobrol, ingin muntah rasanya. Tapi Ami selalu mendorongnya kencang-kencang dan tertawa melihatku pegangan erat-erat pada pegangan ayunannya.
"Ami jangan kencang-kencang!! Pusing!!"
"Hahahahaha"
"Mual Miii...udahhh"
"Hahahhahaha"
"Udah ah turun aja!"
"Main file aja yuk, kamu ambil dong, Mi, file kamu"
"Iyaudah aku ambil dulu ya"
"Iya"
Aku pulang sebentar ke rumah untuk mengambile mainan file untuk anak-anak yang lembaran kertasnya bergambar-gambar lucu. Aku dan Ami sangat senang mengoleksinya, kalau ayah Ami membelikannya 1 pack, Ami akan membaginya. 
"Tukeran binder ya"
"Nih kamu pilih aja, 2 ya"
"Iya fa, aku mau yang ini"
"Iya ambil aja, aku suka yang ini, lucu..buat aku ya"
"Ah jangan ah, yang seperti itu jarang"
"Yah..ami, sama aku gini..."
"Enggak ah.."
"Main gunting batu kertas aja yuk"
Gunting batu kertas maksudnya, kami mengambil salah satu binder lalu suit gunting batu kertas, dan yang menang akan mendapat binder yang sudah kita ambil.
"Gunting batu kerrrrtas!"
"Yeeee aku menang! sini, fa, bindernya"
"Yahhh, nih, deh"
"Gunting batu kerrrrtas!"
"Horeee aku yang menang! Mana, Mi, bindernya"
"Uhh dasar!"
"Udah sore, mandi yuk!"
"Mandi bareng aja, fa"
"Yaudah aku ambil baju dulu ya, Mi"
"Oke, balik lagi ya"
"Iya"
Aku dan Ami terkadang mandi bersama di rumahnya. Selesai mandi, aku pulang ke rumah ku. Rasanya sama saja ya? Hehe.
Hari demi hari, bulan demi bulan, umurku sudah 6 setengah tahun. Aku pun mendaftar di sekolah dasar, yang sama dengan Ami. Memang tidak terpisahkan. Sekarang umurku sudah cukup, dan aku bersekolah di sekolah dasar dekat dengan rumahku.
Namun aku dengan Ami tidak satu kelas, aku 1a, ia 1b. Orang tuanya sengaja meminta agar aku dan Ami tidak satu kelas, karena apabila kita satu kelas lagi seperti waktu masih di taman kanak-kanak, Ami akan bergantung dengan ku.

No comments:

Post a Comment